Kisah Spiritual, Menelisik Titisan Prabu Siliwangi
Asswrwb,
Perkembangan
beberapa hari semakin mengkristal, baru sadar jika selasa malam (2/3), saat
keluarga Prabu Siliwangi menetapkan hatinya untuk nusantara baru.
(Rencana meraka sekeluarga sehabis ashar mau jalan ke rumah saya). Saat itu
Gunung Guntur di Garut gempa terus menerus, mengeluarkan asap, mungkin
batuk kecil. Selanjutnya lewat ashar, jam 5 sore Gunung tersebut dinyatakan
satus waspada 3 padahal sebelumnya normal-normal saja. Gunung ini sudah
165 tahun ter-tidur. Bilakah kebetulan saja ?.
Sama hal nya
saat ketika sang Ratu Sima secara realitas menyatakan kesiapan dirinya
untuk mengawal lahirnya nusantara baru. Saat itu Gunung Dieng juga terus
dilanda gempa, dari satus normal menjadi Siaga 2. Kesiapan hati sang Ratu
dan Sang Prabu yang telah ter-manifestasikan di alam. Sungguhkah suatu
peristiwa kebetulan ?.
Kita hanya
bisa membaca tanda, semua hanya Allah yang merencanakan. Ikhtiar kita adalah
menyiapkan raga agar menjadi tangan-tangan-Nya.
Besok salah
satunya akan ke petilasan sang Prabu Siliwangi. Semoga dua dimensi bisa segera
dibuka. Biar mereka alam ghaib yang mengurusi para candala yang berada pada
raga-raga manusia, yang bertingkah polah menguasai raga manusia.
Mohon
doanya.
Dalam
keterbatasan raga, dalam keterbatasan realitas. Menetapi langkah dalam laku
yang diam, dalam kediaman yang melangutkan. Semoga Allah memeberikan teman
sehati, dan seperjalanan. Amin
salam
Email tersebut baru saja pagi tadi dikirimkan kepada
Ratu Sima. Sebagaimana sebuah khabar yang ingin disampaikan, saat meniti sebuah
langkah yang harus tetap dijalani. Menyingkap tanda-tanda alam. Memaknai
dan membaca kemauan sang alam, sungguh sangat melelahkan. Menjadi sebuah
pertarungan tak berkesudahan, apakah bukan hanya ilusi. Apakah akan ada arti
semua ini dilakoni ?. Duh, Tuhan. Apakah khabar yang disajikan kali ini akan
sama halnya dengan kisah mistis lainnya ?. Siapakah yang peduli ?. Siapakah
yang mampu merasakan suasana perang, jika bukan orang yang berada dan menjadi
saksi peperangan itu sendiri ?. Sebuah pertanyaan yang menggempur kesadarannya.
Mas Dikonthole pun bersimpuh. Lelah sekali jiwanya.
Peperangan
bagi manusia yang lainnya hanya akan dilihat sebagaimana hiburan semata. Bagi
orang yang tidak memiliki hati akan menjadi sebuah tontonan yang menggairahkan
saja. Sebagaimana dirinya melihat film di layar kaca. Ya, hanya seperti itu,
dia akan bersorak, akan ikut tegang, akan terpancing libidonya saja. Namun
tidak bagi orang yang memang berada di tengah-tengah
pertempuran itu. Orang yang berada diantara desingan peluru dan bom yang
berjatuhan, akan dilanda rahsa takut, rahsa mau mati, dan rahsa tidak memiliki
nyawa lagi. Seluruh instrument ketubuhannya semua tereksplorasi, menjadi satu
rahsa saja. Semua berada diujung ujung syarafnya. Adakah kalimat yang mampu
mewakili keadaannya ?. Tidak..tidak ada satupun kata yang mewakili keadaan itu.
Seperti
itulah keadaan jiwa raga yang dialami Mas Dikonthole, ketika alam mengkhabarkan
kemauannya, melalui pertanda yang dinampakkan. Maka seketika itu seluruh
instrument ketubuhannya akan bekerja meresponnya, seluruh rahsa berada diujung
syaraf-syarafnya. Seperti keadaan saat mana desingan peluru dan bom yang
berjatuhan disekitarnya dan dia hanya mampu diam dan pasrah. Diamnya menunggu
mati. Itu saja yang dimengerti dan dirasanya keadaan yang mampu mewakili rahsa
itu. Ya, bagaimanakah rahsa diam menunggu mati ?. Silahkan saja dieksplorasi.
Keadaan
tersebut sebenarnya sudah dialami berkali-kali semenjak Siu Ban Ci, kemudian
Ratu Sima, dan kali ini Prabu Siliwangi. Pertemuan dengan sang Prabu memang
secara tidak sengaja. Dimulai dari email yang mengajak bertemu. Maka setelah
dibuka hijab dirinya, kali pertemuan pertama, dan diyakinkan lagi pada
pertemuan kedua, semua mulai terlihat nyata. Penampakan sosok sang Prabu mulai
dikenali. Lebih lagi saat dikirmkan petuah wangsit sang Prabu kepada Mas
Dikonthole, semenjak itu selama dua hari terus menerus, jiwanya raganya
benar-benar seperti dihempas-hempaskan, seperti menaiki kapal yang terhantam
badai. Dirinya hampir setiap beberapa menit sekali muntah berkali-kali. Sungguh
keadaan ini menyiksa dirinya.
Alam selalu
ingin mengatakan sesuatu, namun sayang Mas Dikonthole hanya manusia biasa.
Raganya bukanlah raga orang suci, maka tentu saja ketika dirinya dihantam
bertubi-tubi energy informasi alam, kesadarannya akan memporak porandakan.
Bayangkan jika kesadaran kita diputar balikkan seperti gangsingan. Tentunya
kita akan muntah berkali-kali. Hal yang sama saat ketika dihantam energy Ratu
Sima, adalah saat pertama kali membaca emailnya. Kejadiannya nyaris sama. Yang
membedakan hanya frekwensi energynya saja. Jika sang Ratu akan menimbulkan
sensasi dingin diujung syaraf-syarafnya. Maka sang Prabu nyaris kosong, namun
akibatnya sama saja. Oleh karena itulah siapapun yang datang, Mas Dikonthole
akan mampu mengenalinya dari energy mereka.
Bumi
Pasundan telah menetapkan diri untuk menjadi bagian dari Nusantara Baru,
mengikuti bumi tanah Jawa. Semua termanifestasi dalam gerakan sang alam. Sang
alam yang memiliki utusannya, sang kesatria yang menemui Mas Dikonthole Ratu
Sima dan Prabu Siliwangi merekalah yang akan menggerakan bumi-bumi lainnya.
Merakalah yang akan membangkitkan para kesatria lainnya. Dengan kesadaran raga
mereka di dimensi alam nyata, dan juga dengan kesadaran jiwa mereka di demensi
alam ghaibnya. Mereka adalah symbol kepemimpinan sang alam atas gunung-gunung
yang ada dipermukaan tanah Jawa ini.
Begitulah
makna yang bisa diungkapkan oleh Mas Dikonthole berkaitan dengan fenomena yang
melingkupi dirinya. Dia benar-benar tidak menghendaki itu. Namun jika dirinya
kemudian dipaksa alam untuk menjadi saksi perhelatan ini. Dipaksa untuk
mengkhabarkan bahwa alam juga memiliki rencananya, maka apa boleh buat. Dia
harus belajar menjalaninya dengan sukarela. Dia tahu jika dia melawan hasilnya
sama saja. Raganya malahan akan terkunci dan dia tidak akan mampu menggerakkan
raganya lagi. Maka dimantapkan niatnya untuk membaktikan diri kepada sang alam,
pasrah mengikuti kehendak sang alam. Sebab raga ini adalah bagian dari sang
alam itu sendiri. Itulah keyakinannya.
Seperti pada
malam selasa itu, dia menerima rombongan keluarga sang Prabu Siliwangi dari
Garut. Panjang sekali silsilah yang dipaparkan oleh mereka hingga mengkerucut
kepada Ali Bin Abu Tholib ra. Generasi keatas keluarga mereka adalah kyai-kyai
kharismatik di wilayah Pasundan. Banyak kisah mistis melingkupi keberadaan leluhur
mereka, ada yang ketika dibuka jenazahnya hilang. Ada lagi yang sering
menampakan dirinya membantu keturunannya dan banyak sekali lainnya. Ayah sang
Prabu dikisahkan ‘melarikan’ diri keluar dari wilayah pesantren, bersekolah di
sekolah modern.
Keluarga
yang lekat sekali dengan ‘unggah-ungguh’ budaya leluhur. Begitu santun bertutur
sapa. Sang Ibu menceritakan bagaimana saat dirinya mengandung sang jabang bayi.
Sebuah pengalaman yang sangat membekas sekali dalam ingatannya, yang selalu
diceritakan berulang dan berulang lagi kepada siapapun anak-anaknya. Saat mana
ketika sang Ibu terbangun, suasana alam benar-benar msitis sekali. Kandungannya
yang sudah mendekati, dia paksa keluar untuk melihat keadaan. Saat itu bulan
Romadhon, cuaca begiitu terang seperti disinari namun tidak ada bulan disana.
Angin diam tidak bertiup, pepohonan dan daun-daun seperti tertunduk dan
bersujud kepadanya. Diam hening dan syahdu sekali. Begitu sang Ibu menceritakan
dengan terbata-bata, bercampur dnegan bahasa sunda yang tidak dimengerti Mas
Dikonthole.
Tenang dan
sabar, Mas Dikonthole mencoba mencerna setiap kata, mencoba memasuki keadaan
halnya, suasana disana dimana sang Ibu dalam keadaan begitu. Blash…!.
dirinyapun berhasil mermasuki kesadaran sang Ibu dan berada di suasana keadaan
itu. Subhanalloh. “Ini malam Lailatul Qodar.” Pekiknya tak
tertahan. Mas DIkonthole mengenali keadaan itu sebab dirinya pernah
mengalami suasana itu meski kualitasnya tidak sebagus dan se-mistis sebagaimana
yang dialami oleh sang Ibu. Bertasbih dalam syahdu, bersama suasana alam yang
begitu. Bersama pepohonan yang tunduk dan sujud. Ya, Mas Dikonthole yakin bahwa
itulah mallam lailatul qodar, sebuah pertaanda alam.
Kelahiran
sang Parbu Siliwangi akan selalu ditandai oleh malam Lailatul qodar. Itulah
yang diyakini Mas Dikonthole jauh hari dia sudah mendapat ilapat itu. Alam
semesta, pepohonan, angin, akan tunduk kepada sang Prabu, karena sang Prabu
menguasai itu semua. Bahkan syetan, jin, dan hantu jejadian semuanya tunduk
dibawah kaki sang Prabu Siliwangi. Dialah salah satu Raja di Jawa yang
menguasai ilmu nabi Sulaiman. Jika benar bahwa bayi tersebut adalah
titisan sang Prabu, apakah sang bayi itu akan dengan sendirinya mampu
menguasai ilmu tersebut ?. Wolohualam bisawab.
Mas
Dikonthole hanya yakin, siapapun yang reinkarnasi akan lupa siapa jatidirinya.
Hanya orang lain yang mengertilah yang akan mampu mengenalinya, sementara dia
sendiri pasti sudah lupa. Begitu pula dengan ilmu-ilmunya. Maka sang Prabu yang
menempati raga baru ini harus dipandu dan dibimbing agar sedikit demi sedikit
mampu mengingat dan membangkitkan ilmu-ilmunya yang dulu itu. Semisal
kita sudah bisa naik sepeda, maka walau kita lama tidak naik sepeda, begitu
disuruh naik sepeda lagi, akan otomatis bisa. Begitu juga ilmu-ilmu sang Prabu,
dia harus mencarinya lagi, menemukan dan membuka keghaibannya sendiri.
Dalam rangka
itulah, besok hari Sabtu, Mas Dikonthole akan ke Garut, ke tempat petilasan
Prabu Kian Santang. Mas Dikonthole harus menemukan daun lontar yang berisi mantra
sakti yang berada dilangit. Sebenarnya bukan daun lontar, lebih tepat sebuah
gulungan kertas kerajaan yang terbuat dari kulit kambing, diatasnya ada symbol
kerajaan Pajajaran, kertas kuno ini berisi mantra sakit yang akan menyingkap
rahasia moksanya sang Parbu Siliwangi. Dengan mantra ini seseorang yang memang
ada haknya, akan mampu memebuka dua dimensi. Dimensi keberadaan sang Prabu
bersama kerajaannya yang saat ini masih misteri akan bisa dimasuki.
Gulungan
tersebut terlihat sudah terbuka dilangit, maka Mas Dikonthole bersama sang
Prabu harus secepatnya kesana. Pada waktu dan hari yang sudah ditentukan. Namun
kembali masalah realitas menjadi hambatan dan kendala mereka. Baik sang Prabu
ataupun Mas Dikonthole secara realitas masih dalam keadaan prihatin sekali.
Syukurlah Alhamdulillah, berkat bantuan sang Ratu Sima, semua ityu bisa
teratasi. Semua juga seperti serba kebetulan saja. Tiba-tiba sang Ratu Sima
menawarkan bantuannya. Sungguh, sulit dimengerti. Allah sepertinya sudah
mengatur semuanya. Maka Mas Dikonthole tak letih terus bertasbih, sebab
dimudahkan-Nya perjalanan spiritual akhir-akhir ini.
Siapakah
yang tahu keberadaan kerajaan Pajajaran ?. Sisa-sia kerajaan ini menjadi sebuah
misteri. Dikisahkan sang Prabu dengan kerajaannya moksa. Hilang setelah sang
Prabu dikejar-kejar anaknya Prabu Kian Santang, untuk masuk
Islam. Kejadian yang berulang dalam sejarah, kala saat itu, Raden Patah
juga mengejar-ngejar ayahnya Prabu Brawjiaya V. Anak mengejar
ayahnya, memaksakan kehendaknya kepada sang Ayah. Kisah ini terus saja
terjadi. Kesaktian Prabu Kian Santang konon tak tertandingi bahkan Ayahnyapun
tidak mampu menahan kesaktian sang anak. Benarkah ?.
Sungguh
kisah ini banyak yang tersembunyi, bagaimana galaunya sang Ayah menghadapi
sikap anaknya yang kukuh dengan pemahamannya. Bagaimanakah menjelaskan hakekat
hidup dan kehidupan itu sendiri kepada orang yang sudah meyakini bahwa dirinya
benar. Benarkah sang Prabu bukan Islam ?. He eh. Banyak sekali kita tidak paham
akan jalannya hati. Mas Dikonthole merasakan sedihnya hati sang Prabu Siliwangi
sejak pertama bertemu. Gundahnya masih terus melintas peradaban.
Kisah yang
sama diperebutan ketika Nabi Ibrahim diklaim sebagai orang Yahudi atau Nasrani,
oleh kelompok maysrakatnya, maka Allah menjawab dengan tegas. “Dia (Ibrahim)
bukanlah nasrani atau yahudi, Ibrahim sesungguhnya adalah orang yang ber-serah
diri (Islam).” Begitulah sebenarnya keadaan Prabu Siliwangi. Dia bukanlah
orang Islam seperti orang Islam yang dilabelkan sekarang ini. Dia bukan
sunni, bukan syiah, bukan, salafi ataupun wahabi, sesungguhnya dia adalah orang
yang ber-serah (Islam). Dia adalah seperti~sebagaimana nabi Ibrahim
adalah orang yang ber-serah diri (Islam). Maka layak saja jika
dia sangat bersedih sekali ketika dikejar-kejar dan dipaksa anaknya untuk
memasuki salah satu mahzab besar di jaman itu. Sang Prabu tidak mau terlibat
dalam perseteruan agama, biarlah dia dalam keadaan sekarang ini. Tetap
sebagaimana nabi Ibrahim saja. Kesedihan ini ditularkan kepada raga Mas
Dikonthole. Sungguh banyak yang tidak tahu ini.
Sang Prabu
akhirnya menggunakan ilmunya untuk memindahkan seluruh kerajaannya dan seluruh
pasukan yang setia kepadanya ke dimensi lainnya. Sebuah dimensi yang paralel
dengan keadaan dimensi kita ini. Kerajaan Pajajaran masih ada lengkap dengan
pasukannya. Itulah yang dinampakkan oleh sang Prabu kepada Mas Dikonthole.
Mengapakah orang tidak mampu memasuki dimensi tersebut ?. Menjadi pertanyaan
kita semuanya. Syukur Alhamdulillah, Mas Dikonthole diberikan sedikit petunjuk.
Setelah Sang
Prabu Siliwangi membuat kerajaan Pajajaran menghilang dari pandangan mata,
rupanya keadaan ini membuat Prabu Kian Santang kehabisan akalnya. Sungguh sulit
sekali menembus dimensi itu. Sangat sulit sekali ilmu Prabu Siliwangi
benar-benar sakti. Hal itu baru diakui oleh Prabu Kian Santang. Karena tidak
juga mampu menembus dimensi tersebut untuk mendapati Ayahnya, akhirnya
Prabu Kian Santang juga mengeluarkan kesaktiannya. Maka sekalian saja olehnya
ditutup selamanya, dimensi itupun semakin misteri adanya. Keadaannya orang yang
didalam dimensi yang berada disana tidak akan mampu keluar, demikian halnya
orang yang diluar dimensi, dipastikan juga tidak akan mampu masuk
ke dalamnya. Dimesi tersebut dilapis seperti lapisan eter, seperti karet atau
plastik karet yang transparan, dari dalam akan bisa melihat keluar namun dari
luar tidak akan mampu melihat ke dalam. Kecuali orang tersebut memiliki
ilmu diatas Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang. Kedua ajian dari
kedua raja besar inilah yang akhirnya kemudian mengubur keberadaan kerajaan
Pajajaran selamanya, menjadi semakin mistis keadaannya. Menjadi sebuah mitos
dan legenda.
Penjelasan
ini serasa masuk diakal Mas Dikonthole, kerajaan Pajajaran masih dalam
dimensinya. Pasukan Pajajaran masih dalam keadaan siap siaga, manusia-manusia
pilih tanding yang bersama sang Prabu masih tetap dalam keadaannya. Sungguh
sebuah kekuatan yang menggiriskan sekali. Mereka pasukan yang akan mampu
mengalahkan para jin, syetan dan hantu-hantu gentayangan. Allah hu akbar. Mas
Dikonthole seperti terbangun semangatnya mendapatkan wangsit ini. Ada harapan
bagi perjuangannya. Pasukan inilah yang diharapkan akan mampu mendobrak
keberadaan para jin yang menguasai manusia. Sayang sekali tidaklah mudah untuk
membuka pintu masuk dimensi ini. Mas Dikonthole harus mengikuti petunjuk sang
Prabu Siliwangi. Dia harus menghadap ke Prabu Kian Santang terlebih dahulu di
petilasannya.
Sebab kunci
mantra untuk masuk ke dimensi mereka dipegang oleh Prabu Kian Santang. Prabu
Kian Santang telah menyimpannya di langit, dengan koordinat yang sulit sekali
dideteksi. Maka diperlukan sowan kepada sang Prabu Kian Santang guna
mendapatkan restunya. Dengan restu Beliau itulah diharapkan akan diketahui
titik koordinat keberadaan gulungan tersebut. Sebab Mas Dikonthole memerlukan
mantra itu. Dengan mantra itulah sang Prabu Siliwangi nantinya akan dapat
memasuki kembali dimensi kerajaannya, dengan keadaan raganya yang sekarang ini,
dan dengan itu akan mampu memanggil pasukannya untuk kembali kealam dimensi
manusia. Semua itu butuh perjuangan luar biasa, bagaikan petualangan mencari
harta karun yang disajikan dilayar kaca. Dan Semua itu harus dijalani Mas
Dikonthole dan kawan-kawan. Dalam keterbatasannya sebagai manusia biasa. Dalam
keyakinan yang dia sendiri yang mengerti. Bersama kawan-kawannnya kini Ratu
Sima dan Prabu Siliwangi. Akankah misteri ini terungkap ?. Sungguh itu semua
hanya dalam dimensi keyakinan dan kesadaran. Kesadaran bahwa itu semua
itu dilakukan untuk sebuah negri yang dinanti.
Maka kisah ini akhirnya menjadi kisah mistis juga keadaannya. Menjadi kisah ghaib lagi. Duh, ya Allah mengapa realitas keadaannya menjadi ghaib kembali?.
Maka kisah ini akhirnya menjadi kisah mistis juga keadaannya. Menjadi kisah ghaib lagi. Duh, ya Allah mengapa realitas keadaannya menjadi ghaib kembali?.
Wolohualam
salam
bisakah saya meminta nomer ponsel & email mas dikonthole/oto sabodho? saya membutuhkan sekali bantuan mas. 087859999965 segera mas, waktu mepet terimakasih.
BalasHapus